Oleh: Endang Nurchamidah
PENDAHULUAN
Al-qur’an terdiri dari 114 surat dan 29 dari surat-surat tersebut
diawali dengan satu huruf atau
sekelompok huruf yang dibaca sebagai
kelompok huruf terpisah, oleh mayoritas ahli tafsir disebut sebagai huruf
muqatha’ah ada pula yang menyebutnya sebagai huruf tahajji.
Huruf-huruf ini misterius tidak ada penjelasan yang memuaskan mengenai
artinya walaupun ada juga penjelasan artinya namun tidak didapatkan alasan
tentang kemunculannya diawal-awal surat dalam al-qur’an.
Dalam menyikapi huruf-huruf yang muqatha’ah
(terputus) tersebut para ahli tafsir menafsiri dengan “Allohu a’lamu bi
murodihi” tentunya ini tidak memuaskan banyak pihak. Bagaimanapun ini harus kita pelajari dan kita bahas
secara khusus dalam usaha untuk mencapai hikmahnya.
Oleh karena itu pada makalah ini kami
akan membicarakan tentang fenomena huruf
al-muqatha’ah dalam pembahasan fawatihus suwar yang sub pembahasannya terdiri
dari definisi, macam-macamnya, pendapat beberapa penafsir dan kaum orientalis
tentang huruf-huruf al-muqatha’ah yang terdapat pada fawatihus suwar (pembuka
surat) dalam al-qur’an serta urgensi dari ilmu fawatihus suwar tersebut.
Pengertian
Fawatihus Suwar
Dilihat dari segi bahasa fawatih
adalah jamak dari kata fatihah, yang artinya pembukaan. Sedangkan kata as-suwar
adalah jamak dari kata as-surat, sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan akhiran.
Jadi, Fawaatih Suwar berarti beberapa pembukaan dari surat-surat Al-Qur’an atau beberapa macam awalan dari surat-surat Al-Qur’an. Sebab seluruh surat Alqur’an yang berjumlah 114 buah surat itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan saja, tidak ada satu suratpun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia / hikmah untuk dipelajari. Istilah fawaatih al-suwar ini memang sering diartikan pula sebagai huruf al-muqoththo’ah (huruf terputus-putus yang terdapat dipermulaan beberapa surat Al-Qur’an).
Jadi, Fawaatih Suwar berarti beberapa pembukaan dari surat-surat Al-Qur’an atau beberapa macam awalan dari surat-surat Al-Qur’an. Sebab seluruh surat Alqur’an yang berjumlah 114 buah surat itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan saja, tidak ada satu suratpun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia / hikmah untuk dipelajari. Istilah fawaatih al-suwar ini memang sering diartikan pula sebagai huruf al-muqoththo’ah (huruf terputus-putus yang terdapat dipermulaan beberapa surat Al-Qur’an).
Diantara mufassir
yang mengartikan fawaatihus suwar sebagai huruf al-muqoththo’ah adalah Subhi
Al-Salih dalam kitabnya Mabaahith fi ‘uluum al-Qur’an dan Jalaluddin Al-Suyuthi
dalam Al-Itqaan fi ‘Uluum al-Qur’an. Sehingga perlu ditegaskan bahwa fawaatihus
suwar itu berbeda dengan huruf al-muqotho’ah. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri
bahwa huruf al-muqoththo’ah merupakan bagian dari permasalahan yang dibicarakan
dalam ilmu fawaatih al-suwar. Apabila dibedakan, setidaknya ada sepuluh macam
fawaatih al-suwar yang digunakan al-Qur’an dalam awalan surat. Dan dari 114 surat
yang ada di dalam al-Qur’an, ditemukan 29 surat yang menggunakan huruf
al-muqoththo’ah sebagai pembuka.[1]
Macam-macam Fawatihus Suwar
Pembukaan surat- surat Alquran itu ada 10 macam, yaitu sebagai
berikut:
1)
Pujian
kepada Allah.
2)
Huruf-huruf
tahajji ada dalam 29 surat.
3)
Dengan
menggunakan huruf-huruf Nida’ ada 10 surat, yakni 5 surat dengan
memanggil Rasul SAW pada surat: الأحزاب، الطلاق، التحريم، المزمل، المدثر dan
yang lima surat dengan memanggil umat
yakni pada surat: النساء المائدة، الحج، الحجرات، dan الممتحنة.
4)
Jumlah-jumlah
Khabariyah, yakni:
يسالونك
عن الآنفال، براءة من الله، إقترب للناس حسابهم، قد افلح المؤمنون، سورة أنزلناها،
تنزيل الكتاب، ألذين كفروا، إنا فتحنا، إقتربت الساعة، ألرحمن علم القرآن، لقد سمع
الله، الحاقة، سأل سائل، إنا آرسلنا نوحا، إنا أنزلناه، لم يكن،
القارعة، ألهاكم،إنا أعطيناك، لا
اقسم .
5)
Dengan
sumpah ( Qasam) ada 15 surat, yakni:
1.
Dalam
surat itu Allah bersumpah dangan malaikat yaitu:Surat Ash- Shaaffat.
2.
Dua
surat dengan menggunakan benda-benda angkasa, Al-Buruj dan Ath-Thariq.
3.
Enam
surat sumpah dengan kelazimannya yaitu surat An-Najm sumpah dengan tata surya, wa Al-Fajr sumpah
dengan mulai siang, wa Asy-Syamsy, sumpah dengan tandanya siang, wa Al-Lil
sumpah dengan separo waktu, wa Adh-Dhuha sumpah dengan separonya siang,
dan wa Al –‘Ahsr sumpah dengan separo
yang akhir atau dengan jumlah masa.
4.
Dua
surat sumpah dengan cuaca yaitu wa Adz-Dzariyati dan wa Al- Mursalati.
5.
Satu
surat sumpah dengan debu yaitu surat Ath-Thur.
6.
Satu
surat sumpah dengan tumbuhan yaitu surat At-Tin.
7.
Satu
surat sumpah dengan hewan nathiq yaitu
surat wa An-Naazi’at.
8.
Satu
surat sumpah dengan binatang yaitu wa Al-‘Adiyat.
6)
Menggunakan
adat syarat terdapat dalam tujuh surat yaitu: Al-Waqi’ah, Al-Munafiqun,
At-Takwir, Al-Infithar, Al-Insyiqaq, Az-Zalzalah dan An-Nashr.
7)
Dengan
perintah di dalam enam surat yaitu: قل أوحي، إقرأ، قل
يا أيها الكافرون، قل هو الله أحد، قل أعوذ برب الفلق، قل أعوذ برب الناس.
8)
Dengan
istifham yaitu pada enam surat, هل أتى، عم يتساءلون،
هل أتاك، ألم نشرح، الم تر، أرأيت .
9)
Dengan
do’a yaitu pada tiga surat ويل للمطففين، ويل لكل همزة،
تبت.
10)
Dengan
Ta’lil yaituلإيلاف قريش .[2]
Pembukaan-pembukaan surat dapat dikategorikan kepada beberapa
bentuk:
1)
Bentuk
yang terdiri dari satu huruf. Bentuk ini terdapat pada tiga surat, yaitu surat
Sad, Qaf, Wa Al-Qalam. Surat pertama dibuka dengan Sad, kedua dengan Qaf, dan
ketiga dibuka dengan Nun.
2)
Bentuk
yang terdiri dari dua huruf. Bentuk ini terdapat pada sepuluh surat. Tujuh
diantaranya dengan hawamim yaitu surat-surat yang didahului dengan Ha
dan Mim. Surat-suratnya adalah surat Gafir, Fusilat, Asy-Syura, Al-Zukhruf,
Al-Dukhan, Al-Jatsiyah, dan Al-Ahqaf. Khusus pada surat Asy-Syura pembukaannya
bergabung antara حم dan عسق. Tiga surat lagi
adalah surat طس، طه dan يس.
3)
Pembukaan
surat yang terdiri dari tiga huruf terdapat tiga belas tempat. Enam diantaranya
dengan huruf الم yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-rum, Luqman
dan Al-Sajadah. Lima huruf الر yaitu pada surat Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim dan Al-Hijr. Dua
susunan hurufnya طسم terdapat peda pembukaan surat Asy-Syura dan Al-Qashash.
4)
Pembukaan
surat yang terdiri dari empat huruf, yaitu المص pada surat Al-A’raf dan pada surat Al-Ra’d
المر.[3]
Pendapat Ulama’ tentang Fawatihus Suwar.
Pendapat-pendapat Ulama’tentang
Fawatihus Suwar:
1. Para mufassir berpendapat bahwa
huruf muqatha’ah dalam Al-Qur’an, termasuk ayat mutasyabihat, yang tidak dapat
diketahui makananya (yang tersirat) kecuali hanya oleh Allah SWT. Namun Ibnu Qutaibah mengatakan,
Allah tidak menurunkan sesuatupun dari Al-Qur’an , kecuali supaya hambanya bisa
mengambil manfa’at dan memahami makna yang dikehendakinya. Ia berkata: Jika
ayat mutasyabihat tidak dapat diketahui kecuali hanya oleh Allah, niscaya kita
mendapat celaan.[4]
Pendapat yang mengatakan bahwa fawatihus suwar termasuk mutasyabih adalah
ulama’ salaf.[5]
Dan juga termasuk pendapat ulama’ salaf seperti tokoh-tokah sebagai berikut:
Sahabat Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berkata: “ Pada tiap - tiap kitab ada
rahasianya, rahasia dalam Al-Qu’an adalah permulaan-permulaan surat”, dan
perkataan Sahabat Ali bin Abi Tholib: “ Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada
saripatinya, dan saripati Al-Qur’an adalah huruf Tahajji.[6]
2. Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa
fawatihus Suwar adalah huruf-huruf yang tepotong-potong yang masing-masing
diambil dari nama Allah, atau yang tiap-tiap hurufnya merupakan penggantian
dari suatu kalimat yang berhubungan dengan yang susudahnya atau huruf itu
menunjukkan kepada maksud yang dikandung oleh surat yang surat itu dimulai
dengan huruf-huruf yang terpotong-potong.[7]
3. Mufassir orientalis yang bernama
Noldeke dari Jerman berpendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran,
bahwa awalan surat itu tidak lain adalah teks Al-Qur’an, bersama Schwally
karena tulisannya tentang sejarah Al-Qur’an ia berpendapat bahwa awalan surat
itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-nama para
sahabat Nabi. Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama Sa’ad Bin Abi Waqosh, Mim
adalah huruf depan dari nama Al-Mughiroah, huruf nun adalahdari nama Usman Bin
Affan.
4. Al-Khuwaibi mengatakan bahwa
kalimat- kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi
berada dalam alam manusia dalam keadaan sibuk maka Jibril memerintahkannya
untuk mengucapkannya agar Nabi mendengar ucapan Malaikat Jibril maka Nabi
mendengarkannya dengan seksama.
5. 5. As-Sayyid Rasyid Ridha tidak
membenarkan al-Khuwaibi diatas, karena nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan
senantiasa menanti kedatangan wahyu. Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada
orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena orang-orang kafir
apabila nabi membaca al-Qur’an mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak
mendengarkannya,seperti dijelaskan dalam surat Fushshilat ayat 26.[8]
Urgensi dari Fawatih As-Suwar.
Urgensi tela’ah terhadap fawatihus suwar tidak
terlepas dari konteks
penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian - penggalian makna yang terlebih
dahulu melalui karakter bab ini, akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang
didasarkan pada data historis yang konkrit ataupun penafsiran yang menduga-duga.
Lebih dari itu tentu saja kita tetap
meyakini eksistensi Al-Qur’an, kebesarannya, keagungannya, juga rahasia kemu’jizatannya.
Banyak sekali urgensi yang kita dapat dalam mengkaji
Fawatih al-Suwar.
Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
1.
Sebagai
Tanbih (peringatan ) dan dapat memberikanperhatian baik bagi nabi, maupun umatnya dan dapat menjadi
pedoman bagi kehidupan ini.
2.
Sebagai
pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam fawatih as-suwar
banyak sekali hal-hal yang
mengandung rahasia-rahasia Allah yang kita tidak dapat mengetahunya.
3.
Sebagai
motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4.
Untuk
menghilangkan keraguan terhadap al-Qur’an terutama bagi kaum Muslimin yang
masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan musuh-musuh islam yang mengatakan
bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad.
Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap
keindahan bahasa al-Qur’an itu
sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari dari Allah SWT.[9]
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami
ambil dari makalah ini adalah: Fawatih
as-Suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal surat dalam
al-quran dibuka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun
yang keluar dari sepuluh macam tersebut.
Para ulama berpendapat bahwa
huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum telah sedemikian azali maka banyak
ulama’ yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat
yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.
Adapun urgensi mempelajari fawatih
as-suwar itu secara pokok adalah supaya
bertambah keimanan kita dan keyakinan kita terhadap kebenaran ayat-ayat Allah
swt. Dan menjadi pedoman dalam kehidupan kita.
BIBLIOGRAFI
A, H, Jalal, Abdul.
Ulumul Qur’an.. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Ibyary
(al), Ibrahim. Terjemah Pengenalan Sejarah Al-Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Isma’il,
Bakar, Muhammad. Dirosat fi Ulumil Qur’an. Dar Al-Mannar: Kairo, 1991.
Maliki
(al), ‘Alawy, bin Muhammad. Zubdatul Itqan fi ‘Ulumil Qur’an. Jeddah:
Dar al-Syuruq, 1983.
Rofi’i
Ahmad. dan Syadali Ahmad. Ulumul Qur’an
I. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Ruslan, Bayuni,Shalahudin.
Al-Qr’anul Karim. Kairo: Dar ats-Tsaqafah,1981.
Shaleh,Shubhi.
Mabahits fi Ulumil Qur’an. Beirut:
Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1988.
Sinnah, Abu, Fattah,
Abdul. Ulumul Qur’an. Kairo: Dar Asy-Syuruq, 1995.
[1] Abdul Jalal
H.A, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 168.
[2] Muhammad bin ‘Alawy al-Maliki, Zubdatul
Itqan fi ‘Ulumil Qur’an (Jeddah: Dar al-Syuruq, 1983), 112.
[3] Ahmad Syadali
dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 185.
[4] Ibrahim Al Ibyary, Terjemah Pengenalan
Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995), 138.
[5] Shalahuddin Bayuni Ruslan, Al-Qr’anul Karim, (Kairo: Dar Ats-Tsaqafah,1981), 282.
[6] Muhammad Bakar Isma’il, Dirosat fi Ulumil
Qur’an (Dar Al-Mannar: Kairo, 1991), 236.
[7] Abdul Fattah Abu Sinnah, Ulumul Qur’an (Kairo:
Dar Asy-Syuruq, 1995), 74.
[8] Shubhi Shaleh, Mabahits fi Ulumil Qur’an (Beirut: Dar al-‘Ilm li
al-Malayin,1988), 241.
masih bingung dengan Ahruf Muqatta’ah dan hubungannya dengan fawatih al-suwar